DEKON

Thursday, September 26, 2024

Refleksi dan Keterhubungan Materi Pembelajaran Modul 2 : Peran Coaching dalam Meningkatkan Pembelajaran Berpihak pada Muri

 

Pembelajaran yang berpihak pada murid adalah fokus utama dalam Paket Modul 2 Program Guru Penggerak. Melalui materi yang berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial-emosional, dan coaching, saya melihat keterkaitan yang erat antara ketiganya dalam membentuk seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang efektif. Berikut adalah refleksi dan analisis saya terhadap materi yang telah dipelajari.

A. Pemikiran Reflektif terkait Pengalaman Belajar

1.    Pengalaman/Materi Pembelajaran yang Baru Saja Diperoleh: Materi coaching dan supervisi akademik menambah pemahaman saya tentang pentingnya peran seorang coach di sekolah. Sebagai seorang coach, saya tidak hanya berperan dalam membantu rekan kerja untuk tumbuh, tetapi juga bertanggung jawab dalam memastikan bahwa setiap murid mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional merupakan komponen utama dalam hal ini.

2.    Emosi yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar: Saat mempelajari keterampilan coaching dan supervisi akademik, saya merasakan semangat baru dan antusiasme untuk mendalami pendekatan ini. Namun, di sisi lain, ada sedikit kegelisahan karena coaching adalah keterampilan baru yang membutuhkan waktu untuk dikuasai, terutama dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi rekan sejawat dan mengarahkan mereka ke solusi terbaik.

3.    Apa yang Sudah Baik Berkaitan dengan Keterlibatan Saya dalam Proses Belajar: Saya merasa keterlibatan saya cukup baik dalam proses pembelajaran ini. Saya sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip coaching dalam percakapan dengan rekan-rekan guru di sekolah, termasuk mendengarkan aktif dan membantu mereka menemukan solusi mereka sendiri.

4.    Apa yang Perlu Diperbaiki Terkait dengan Keterlibatan Diri dalam Proses Belajar: Meskipun sudah terlibat aktif, saya merasa perlu lebih banyak berlatih dalam mengajukan pertanyaan berbobot dan memberdayakan rekan sejawat. Kadang, saya masih merasa sulit untuk tidak langsung memberikan saran atau solusi, padahal peran seorang coach adalah membantu coachee menemukan jawabannya sendiri.

5.    Keterkaitan terhadap Kompetensi dan Kematangan Diri Pribadi: Materi ini membantu saya melihat bahwa menjadi pemimpin pembelajaran tidak hanya tentang kemampuan mengajar, tetapi juga bagaimana saya dapat memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan rekan sejawat. Kematangan diri saya terletak pada kemampuan untuk lebih sabar, mendengarkan, dan memberikan ruang bagi orang lain untuk berkembang.

 

B. Analisis untuk Implementasi dalam Konteks CGP

1.    Memunculkan Pertanyaan Kritis yang Berhubungan dengan Konsep Materi dan Menggalinya Lebih Jauh: Salah satu pertanyaan yang muncul dalam proses belajar ini adalah: bagaimana saya dapat membantu rekan sejawat untuk benar-benar memahami pentingnya pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional dalam proses belajar mengajar? Bagaimana saya dapat mendorong mereka untuk mengimplementasikan pendekatan ini secara konsisten?

2.    Mengolah Materi yang Dipelajari dengan Pemikiran Pribadi sehingga Tergali Wawasan (Insight) Baru: Dari pengalaman belajar ini, saya menyadari bahwa coaching bukan hanya alat untuk meningkatkan kinerja guru, tetapi juga sarana untuk mendorong inovasi dalam proses pembelajaran. Dengan mengembangkan kompetensi coaching, saya bisa membantu rekan sejawat untuk lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid.

3.    Menganalisis Tantangan yang Sesuai dengan Konteks Asal CGP: Tantangan utama yang saya identifikasi adalah kurangnya kesadaran di antara sebagian guru tentang pentingnya pembelajaran sosial-emosional dan berdiferensiasi. Selain itu, keterbatasan waktu dan sumber daya juga menjadi hambatan dalam penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid.

4.    Memunculkan Alternatif Solusi terhadap Tantangan yang Diidentifikasi: Salah satu solusi yang mungkin diterapkan adalah memberikan pelatihan internal yang berfokus pada pentingnya pembelajaran sosial-emosional dan berdiferensiasi. Selain itu, saya bisa mulai dengan memperkenalkan pendekatan ini melalui contoh kecil yang mudah diterapkan di kelas. Dengan begitu, guru lain dapat melihat manfaatnya dan lebih termotivasi untuk mencobanya sendiri.

 

C. Membuat Keterhubungan

1.    Pengalaman Masa Lalu: Ketika saya pertama kali belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi, saya merasa kesulitan untuk mengintegrasikannya dalam pembelajaran sehari-hari. Namun, seiring dengan pemahaman yang lebih baik melalui modul ini, saya menjadi lebih yakin bahwa pendekatan ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan semua murid.

2.    Penerapan di Masa Mendatang: Ke depan, saya berencana untuk lebih banyak melibatkan rekan sejawat dalam sesi coaching. Saya akan menggunakan pendekatan coaching untuk membantu mereka melihat pentingnya diferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional dalam kelas mereka. Selain itu, saya akan mencoba membuat rencana aksi untuk mengimplementasikan ide-ide baru yang muncul dari sesi coaching.

3.    Konsep atau Praktik Baik yang Dilakukan dari Modul Lain yang Telah Dipelajari: Konsep disiplin positif dari modul sebelumnya juga sangat berkaitan dengan pembelajaran sosial-emosional. Menerapkan disiplin positif dalam konteks sosial-emosional dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung bagi murid untuk belajar dengan lebih efektif.

4.    Informasi yang Didapat dari Orang atau Sumber Lain di Luar Bahan Ajar PGP: Saya juga mendapatkan wawasan dari diskusi dengan rekan guru di luar Program Guru Penggerak. Beberapa dari mereka telah mencoba pendekatan coaching dan berbagi pengalaman sukses mereka dalam mengelola kelas melalui coaching. Pengalaman mereka menginspirasi saya untuk terus mengembangkan keterampilan ini.

Kesimpulan:

Melalui pembelajaran di Paket Modul 2 ini, saya mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya pembelajaran yang berpihak pada murid, khususnya melalui pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial-emosional, dan coaching. Ketiga komponen ini saling mendukung dalam menciptakan pengalaman belajar yang holistik bagi murid. Sebagai seorang coach, peran saya tidak hanya untuk mendukung rekan sejawat tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap murid mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ke depannya, saya berkomitmen untuk terus mengasah keterampilan coaching saya dan mengintegrasikan pendekatan ini dalam proses pembelajaran di sekolah.

 

0 comments:

Post a Comment