Wednesday, September 4, 2024

Mulai dari Diri - Modul 2.2

 

Mulai dari Diri - Modul 2.2 

Instruksi

“Sebagai seorang pendidik, jadilah seperti air. Teguh pendiriannya namun juga siap untuk menyesuaikan diri dalam menjalani proses belajar” 

(Itje Chodidjah)


Tujuan Pembelajaran Khusus: 
CGP merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dirinya maupun murid

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Selamat datang dalam fase pertama pembelajaran kita. Mari refleksikan pengalaman  berkaitan dengan kompetensi sosial dan emosional, baik diri sendiri maupun murid Anda. Bacalah setiap pertanyaan ini dengan seksama dan refleksikan dengan  keterbukaan dan kedalaman. Selamat berefleksi!


Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional

Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Soal 1

  1. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya? 

Your answer:

Kejadiannya ketika usulan Lomba kompetensi Siswa (LKS) tingkat Provinsi Jawa Tengah dibatalkan (mengundurkan diri) dengan alasan tidak ada anggaran sekolah. sekitar 4 tahun yang lalu, yang terlibat adalah Ketua kompetensi keahlian, KS ,Waka Sarpras. saya memilih untuk refleksi diri  supaya mengetahui kesalahan atau kekeliruan sendiri. Kejadiannya bisa saya ceritakan sebagai berikut : 

Suasana di SMK Negeri Jawa Tengah di Purbalingga begitu penuh semangat. Para siswa yang tergabung dalam tim lomba Kompetensi Siswa (LKS) Teknik Pemesinan CNC Tingkat Provinsi Jawa Tengah bekerja keras mempersiapkan diri. Mereka telah berlatih selama berbulan-bulan, mengorbankan waktu dan tenaga demi meraih prestasi gemilang. Raut wajah mereka terpancar harapan dan kebanggaan, karena mereka membawa nama sekolah dan kabupaten ke ajang bergengsi.

Saya selaku guru pembimbing mereka, selalu memberikan motivasi dan dukungan tanpa henti. saya mengatur jadwal latihan, mengajarkan teknik-teknik terbaik, dan memastikan anak didiknya siap menghadapi lomba. Namun, di balik semangat dan persiapan yang matang, tersimpan kekhawatiran yang mulai muncul.

Seminggu sebelum hari perlombaan, saya menghadap ketua kompetensi keahlian untuk menanyakan Tool dan peralatan bantu untuk LKS CNC Milling, selanjutnya perbincangan tersebut melibatkan KS dan Waka Sarpras untuk dirapatkan. Perdebatan dan argumen pun timbul di rapat tersebut yang pada kesimpulannya sekolah membatalkan atau mengundurkan diri untuk mengikuti LKS dikarenakan alas an biaya dan anggaran Bahan Praktek.

Alasannya cukup jelas dan berat untuk diterima: kekurangan sarana prasarana pendukung dan biaya. Pemerintah provinsi mengalami keterbatasan anggaran, sehingga tidak mampu menyediakan fasilitas dan biaya yang memadai untuk melaksanakan lomba tahun tersebut.

saya merasa kecewa. saya tahu betapa besar harapan para siswa terhadap lomba ini. Segera,saya mengumpulkan seluruh tim LKS di ruang kelas. Anak-anak duduk dengan raut wajah penuh harapan, menunggu kabar baik.

"Anak-anak," saya memulai dengan suara bergetar, "saya tahu kalian sudah bekerja keras, dan saya sangat bangga dengan kalian. Namun, dengan berat hati saya harus memberitahukan bahwa lomba LKS Tingkat Provinsi tahun ini dibatalkan."

Sejenak, ruangan itu sunyi. Para siswa tampak terkejut dan bingung. Mereka saling memandang satu sama lain, mencoba memahami apa yang baru saja didengar. Beberapa di antara mereka mulai menangis, merasa perjuangan mereka sia-sia.

"Saya tahu ini berat," lanjut saya "tetapi kalian harus tahu bahwa usaha kalian tidak pernah sia-sia. Kalian telah belajar banyak, bukan hanya tentang materi lomba, tetapi juga tentang disiplin, kerja sama, dan semangat juang. Semua itu adalah pelajaran berharga yang akan membawa kalian jauh ke depan."

Meskipun kecewa, para siswa mulai memahami kata-kata saya. Mereka sadar bahwa perjuangan mereka memiliki nilai tersendiri, meskipun lomba tidak jadi dilaksanakan. Mereka belajar menerima kenyataan dengan lapang dada, dan bersiap untuk tantangan-tantangan lain yang mungkin akan datang.

Di akhir pertemuan, saya memberikan pesan , "Ingatlah, anak-anak, kesempatan mungkin tertunda, tapi mimpi kalian tidak pernah berhenti. Teruslah berusaha dan jangan pernah menyerah. Siapa tahu, di masa depan kalian akan mendapatkan kesempatan yang lebih besar lagi." 

Soal 2

  1. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut? 

Your answer:

Dalam menghadapi krisis pembatalan lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Provinsi, terdapat beberapa langkah reflektif yang bisa diambil untuk memahami proses coping, recovery, dan growth:

  1. Coping: Menghadapi Krisis

Saat mendengar berita pembatalan lomba, perasaan kecewa, frustrasi, dan kehilangan harapan adalah respons alami. Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengenali dan menerima emosi tersebut sebagai bagian dari proses coping. Mungkin ada keinginan untuk menyalahkan keadaan atau merasa putus asa, tetapi refleksi yang sehat mendorong untuk menilai ulang situasi dengan lebih tenang.

Langkah Coping:

  • Menerima Realitas: Menyadari bahwa ada hal-hal yang di luar kendali kita, seperti keterbatasan anggaran dan sarana prasarana, dan menerima kenyataan tersebut.
  • Mengelola Emosi: Mencari cara untuk menenangkan diri, seperti berbicara dengan seseorang yang dipercayai, melakukan aktivitas yang menyenangkan, atau meluangkan waktu untuk merenung.
  • Fokus pada Positif: Mencari sisi positif dari situasi tersebut, seperti pelajaran dan pengalaman yang telah didapatkan selama persiapan lomba. 
  1. Recovery: Bangkit Kembali

Setelah menerima kenyataan dan menghadapi emosi negatif, langkah selanjutnya adalah mulai membangun kembali semangat dan motivasi. Ini adalah fase di mana kita mulai mencari cara untuk kembali berfokus pada tujuan jangka panjang meskipun mengalami kekecewaan.

Langkah Recovery:

  • Mencari Dukungan: Berbicara dengan teman sejawat, keluarga, atau mentor yang dapat memberikan perspektif baru dan dukungan moral.
  • Menyusun Ulang Rencana: Mengevaluasi kembali tujuan dan menyusun strategi baru untuk mencapai tujuan yang sama atau bahkan lebih besar.
  • Kembali ke Rutinitas: Melanjutkan kegiatan sehari-hari dan melibatkan diri dalam proyek atau aktivitas baru yang dapat memulihkan rasa percaya diri dan motivasi. 
  1. Growth: Bertumbuh dari Krisis

Krisis dapat menjadi kesempatan untuk pertumbuhan pribadi dan profesional. Dari setiap pengalaman sulit, ada pelajaran yang bisa diambil untuk menjadi lebih kuat dan bijaksana di masa depan.

Langkah Growth:

  • Refleksi Mendalam: Meluangkan waktu untuk merenung tentang apa yang telah dipelajari dari pengalaman tersebut, baik tentang diri sendiri maupun tentang bagaimana menghadapi tantangan.
  • Mengembangkan Resiliensi: Menggunakan pengalaman ini untuk memperkuat mental dan emosional, sehingga siap menghadapi tantangan serupa di masa depan.
  • Meningkatkan Kompetensi: Mungkin ada keterampilan atau pengetahuan yang perlu ditingkatkan agar lebih siap di masa depan. Mengambil kursus, membaca buku, atau mengikuti pelatihan bisa menjadi bagian dari proses ini.
  • Berbagi Pengalaman: Membagikan pelajaran yang didapat kepada orang lain, baik kepada siswa maupun rekan kerja, untuk membantu mereka menghadapi situasi serupa di masa depan.

Soal 3

c.                Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.

·        Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?

·        Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik?

Your answer:

Setelah melewati krisis pembatalan lomba Kompetensi Siswa (LKS) Tingkat Provinsi, saya menggambarkan diri saya sebagai seseorang yang lebih matang, kuat, dan penuh keteguhan. Krisis tersebut telah mengajarkan saya beberapa pelajaran penting yang berdampak signifikan terhadap diri saya, terutama dalam menjalankan peran sebagai pendidik.

  1. Gambaran Diri Setelah Krisis

Setelah melalui krisis, saya merasa lebih tangguh secara mental dan emosional. Saya kini lebih mampu menerima kenyataan yang ada, bahkan ketika kenyataan itu tidak sesuai dengan harapan. Proses mengatasi kekecewaan dan kebingungan membuat saya lebih sabar dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Saya juga menjadi lebih reflektif, mampu melihat situasi dari berbagai sudut pandang, dan lebih berfokus pada solusi daripada masalah.

  1. Hal Terpenting yang Telah Dipelajari

Hal terpenting yang saya pelajari dari krisis ini adalah pentingnya fleksibilitas dan ketahanan dalam menghadapi perubahan yang tidak terduga. Saya menyadari bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan, dan terkadang, yang terbaik yang bisa dilakukan adalah beradaptasi dan mencari makna di balik setiap peristiwa. Saya juga belajar bahwa proses lebih penting daripada hasil akhir. Persiapan, kerja keras, dan pembelajaran yang terjadi selama proses adalah nilai-nilai yang tetap melekat meskipun hasil akhirnya berbeda dari yang diharapkan.

  1. Dampak Pengelolaan Krisis terhadap Peran sebagai Pendidik

Pengelolaan krisis ini telah membawa dampak positif yang mendalam terhadap cara saya menjalankan peran sebagai pendidik:

  • Empati dan Pengertian: Saya menjadi lebih peka terhadap perasaan dan perjuangan siswa. Saya mengerti bahwa mereka juga bisa mengalami kekecewaan dan tantangan yang tidak terduga, sehingga saya lebih siap memberikan dukungan emosional dan bimbingan yang mereka butuhkan.
  • Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Saya semakin menghargai pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman. Saya menggunakan pengalaman pribadi ini sebagai bahan ajar untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana menghadapi tantangan, beradaptasi, dan tumbuh dari situasi sulit.
  • Pemimpin yang Lebih Adaptif: Saya menjadi lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan dan lebih kreatif dalam mencari solusi. Ini membuat saya mampu memimpin siswa dan rekan sejawat dengan cara yang lebih inovatif dan efektif, terutama dalam situasi yang tidak terduga.
  • Peningkatan Resiliensi dalam Pengajaran: Saya menyadari pentingnya membangun resiliensi, baik pada diri sendiri maupun pada siswa. Saya lebih menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan berpikir kritis yang membantu siswa menghadapi kegagalan dan tantangan dengan sikap positif.

 

0 comments:

Post a Comment